Memasuki ranah komunitas berarti memasuki ranah sosial, bagaimana membangung komunikasi dan membawa diri.
Saya termasuk tipe orang cuek,
enggan pura-pura baik jika memang saya tidak suka, dan tidak memiliki kecakapan
dalam membangun persahabatan jika memang tidak cocok. Harus ada semacam
kejadian yg membuat hubungan itu seru dan mengalir. Jika baru saja bertemu
kemudian langsung sok akrab, emmm sepertinya 100% itu bukan karakter saya.
Entah itu kutukan atau anugerah, yg jelas saya mengamini bahwa itulah pribadi
saya.
Awalnya menulis hanya sekedar
curhat buku diary kemudian saling tukar-tukaran diary. Dan itu berlanjut hingga
saya menginjak SMA. Ada lomba menulis surat untuk Wali Kota. Saya memberanikan
diri ikut. Masuk dalam ruang ber-AC, dengan puluhan siswa-siswi peserta lomba,
dan pena yg tak mau dihentikan lajunya. Semuanya mengalir bagai curahan isi
hati yang tak terbendungkan. Seminggu kemudian pengumuman itu muncul, saya
berhasil meskipun hanya juara 2 ketika itu. Alhamdulillah. Disitulah awal saya
memiliki Handphone. Bahagia? Tentu
Tak berhenti sampai disana, para
panitia lomba mengundang para juara menulis untuk bergabung di komunitasnya.
Saya pun datang dan melihat ada nilai ruhani yang saya rasakan damai dalam
menikmati setiap pertemuannya.
Setelah beberapa kali ikut, saya
tahu nama Komunitas itu adalah Forum Lingkar Pena (FLP), komunitas kepenulisan
yang mendunia. Pendirinya sudah tak asing lagi tentu dijagad kepenulisan.
Hijrah ke Bekasi membuat saya
linglung bagai anak ayam yang kehilangan induknya. Jiwa saya haus akan
kedamaian yg saya rasakan dulu di FLP Subang. Akhirnya saya mencari FLP Bekasi
and I got it!
Singkat cerita, bergabunglah saya
disana. Saya menemukan jiwa-jiwa yg hilang itu. dan mengemasnya untuk lebih
percaya diri bahwa saya mampu berbicara di depan banyak meskipun itu orang
baru.
1 tahun saya mengikuti FLP
Bekasi, 1 tahun itu pula saya terkenal pendiam. Padahal jika ada orang yg sudah
kenal saya aslinya Euuuh pasti pada protes.
Lintas Generasi, Lintas Profesi |
Namun entah dalam pertimbangan
apa, Mba Vira (Elvira Suryani) memilih saya untuk mendampinginya sebagai
sekertaris. Saya pasrah, bismillah… Anak kampung apa salahnya memiliki amanah
yg terkenal wow itu. sementara tulisan saya ketika itu, masih begitu-begitu saja
belum beranjak berupa artikel di majalah ataupun buku. There is nothing
something worth.
Pada kepemimpina mba Vira, ada
program kepenulisan khusus untuk yg mau menginjakkan karir kepenulisannya di
ranah Fiksi. Tersortilah orang-orang pilihan yang menjadi awal perubahan itu
bermula. Mentornya Mas Sakti Wibowo, penulis senior yang karyanya sudah malang
melintang baik itu di media masa, berbentuk buku dan scenario di TV. Keren?
Pasti!
Ngumpul Selepas Pelatihan |
Sementara orang pilihan itu adalah
Mba Vira bu ketu yang bijak, Pak Sudi kepala sekolah yg jika sudah bicara
prolognya bagaikan air mengalir sampai jauuuh, mas Adi si jutek bendahara
galak, mas Beni si pendiem namun care, mas Ali si romantis yg cool, Mba Nisa si bayi yg masih ngedot wkwkwk
(sungkem), mba Erna Neng Lisojung si Japanese yg calm, si Bundel April si Bunda
yg enerjik tapi tetap bijak jika kasih nasihat dan Mba Mendol si jutek yg
ceplas ceplos nan gokiil, ahaha…
Jujur, saya masih malu-malu dan
enggan terlalu dekat dengan orang-orang ini. Saya hanya bisa berkomunikasi
lancar dengan mba Vira, karena ketika itu intensitas ketemu kami bisa dibilang
sering. Namun seiring berjalannya waktu,
latihan per latihan, seasion per sesioan, selalu saja ada adegan menggelitik
disela-sela pelatihan yg membuat kami terbahak dan merasa nyaman bagaikan
menemukan keluarga kedua setelah orangtua sendiri. Apalagi saat itu saya di
Bekasi seorang diri tanpa orangtua dan sanak saudara. Yup, FLP Bekasi merupakan
rumah tersendiri.
Diskusi kami lumayan alot masalah
draft dan outline yang telah masing-masing dari kami membuatnya. Mulai
bagaimana alur, penokohan, setting, surprise ending dan hal-hal lain yg
dicontohkan oleh Suhu Sakti Wibowo.
Meskipun begitu, kami jadi tahu
teknik menulis novel yang bagus itu bagaimana. Dari referensi ke referensi pun
kami jabani. Hingga novelnya Dan Brown yg super tebel itu, saya sampai
garuk-garuk membacanya. Pura-pura mengerti padahal dong-dong, ahaha…
Setelah diterapkan memang efeknya
jauh lebih mengesankan dibanding outline kami yg sebelumnya.
“Masuklah kedalam tokoh yg kita
buat. Maka novel tersebut akan hidup dan menjiwai.”
Karena ketika itu saya sedang
merancang novel tentang si Bintang, bocah cilik miskin yang ingin jadi astronot
namun terkendala oleh besarnya biaya, kemudian dihadapkan dengan si Circinus yg
serba ada. Jadilah saya terbawa arus, menjiwai benar sosok Bintang, hehe… Namun
kemudian ditengah jalan ketika ganti kepengurusan, saya diamanahi menjadi
Kepala Sekolah Pramuda yg mengatur pelatihan-pelatihan pramuda, novel itu
berhasil ditulis sampai halaman 100, tinggal sedikit lagi mengejar angka 150
halaman namun dijalan takdir berkata lain, novel itu termakan virus dari FD yg
baru saja dibeli. Aaak, bagai tersambar petir disiang bolong, huhu…
Musim berganti, hari berlalu,
kami pun jarang bertemu namun kekeluargaan kami tetap menyatu. Dari beragam
profesi, suku dan passion masing-masing, kami tetap dipertemukan oleh satu
kekuatan yaitu Caring. Saling peduli, saling menyemangati, saling sharing suka
duka, saling membantu ketika ada yg kesusahan, bahagia ketika ada kabar
gembira, semuanya klop menjadi satu kesatuan keluarga Club Novel FLP Bekasi..
Apakah lantas dengan itu novel
kita rampung? Tidak! :D Justru karena novel tak rampung-rampung, kami tidak
seperti monyet ngegulung-gulung kelapa, kami move on pada non fiksi. Membuat banyak
buku antologi dan yg terakhir adalah antologi Super Father, saya membuat buku solo
tentang IT apps dan add-ons, mba Miyo menelurkan banyak buku tentang akuntansi dan
self improvement, mba Manda nerbitin buku tentang hal-hal gokil, bundle April
nelorin buku parenting dan komunikasi, Mba Erna dengan brand Mom Blogger nya, Pak Sudi dengan kepemimpinannya yg melejit di FLP Wilayah Jakarta dan
lain-lain yang semuanya berkarya nyata, berkibar di dunia kepenulisan, tidak
ada yg terkecuali! Ya meskipun itu baru awal namun tidak ada langkah selanjutnya
jika kita tak memulainya, bukan? The Journey of a thousand miles, begins with a
single step, kata pak Leo.
Beberapa buku kami..Karya adalah bukti kerja nyata dan perubahan itu sendiri. |
Ya, perubahan itu berawal dari
Club Novel FLP Bekasi. Terimakasih telah menginspirasi, terimakasih telah
memberi arti. From zero to hero. Dan nilai plus dari ini semua adalah persahabatan
yg tulus dan tak lekang oleh waktu. Meski kami telah banyak yg merantau
mengikuti suami (termasuk saya), namun nyatanya kami tetap satu keluarga FLP
Bekasi.
Memang benar rezeki itu ketika
mengejar disatu sisi (contoh buku novel) justru datangnya dari sisi lain yg
tidak pernah disangka-sangka (contoh buku non fiksi). Seperti zam-zam yg
memancar di kaki Ismail…
Rezeki datang dari arah yg tidak
terduga.
Maka berkarya sajalah, menulis
sajalah biar Tuhan yg menentukan dari mana pintu itu akan dibuka.
lingkar pena apakabar ya sekarang?
ReplyDeletedulu suka buku bukunya
kabarnya makin keren pastinya mba nin, ahaha :p
Deleteiya buku2 FLP emg keren2 sih, wkwkwk, FLP lho yaa :D
Semoga semangat nulisnya bis anular ke saya ya mbakk.. tetap semangatt :)
ReplyDeleteaamiin... semangaaat mba ayuuu :)
DeleteWah, pasti senang banget kalo ada club kaya' gitu di sini. Sayangnya gak ada. :(
ReplyDeleteemang dirimu dimana mba? iya Alhamdulillah bangeet
DeleteAku gabung di fb tp gak aktif
ReplyDeleteyg mana? udah ganti soalnya FB ada tuh yg update...
Deleteuhuy, yang ikut FLP. tahun ini mau nulis buku lagi, mba?
ReplyDeleteuhuks2,mauu, aamiin doain ya mba :D
DeleteSenangnya bisa berada dalam satu wadah dengan orang-orang yang memiliki energi sama dan semangat sama dan semuanya memiliki karyanya sendiri :)
ReplyDeleteiya mba, Alhamdulillah... Dan yg terpenting kekeluargaannya itu lhooo :)
Deleteit's good to see you all gathering :D hello !
ReplyDeletehehe, hello :)
DeleteSetuju banget sama kalimatnya mbak,"Maka berkarya sajalah, menulis sajalah biar Tuhan yg menentukan dari mana pintu itu akan dibuka" saya jg duĺu ikut milis flp.. tp silent reader aja hehe..
ReplyDeletehehe, iya mba, ayok aktif lagi yuuuk, gabung langsung di cabang domisili masing2 :)
DeleteTerharu bgt bacanya. kapan reuni sambil bawa karya novel masing-masing *nutupinmuka *ingetsuhujendral
ReplyDeletewkwkwkwk, rasanya pengen lari klo ingat suhuu... hufffh benar2 ya kita ini, pada bandel -_-"
DeleteAku punya tuh buku-bukunya, tapi nggak ada aku di foto huh ...
ReplyDeletewkwkwk, tar aku edit ya, biar ada nyempil fotomu :D :P
DeleteTerima kasih sudah berpartisipasi ya :)
ReplyDeletewah keren mba :D ternyata karya yang tidak selesai bisa membuat kita untuk menulis karya lain yang selesai ya? makasih sharingnya :D
ReplyDelete