Taken from here |
Terlalu bodoh untuk diriku...
Menahan beban jutaan rindu...
Apalagi menahan egoku...
(S07 mode on)
STOP! Ok lupakan lagu tersebut. Hanya ingin bercuap mencairkan beban yang beku. Aku tak mengerti dengan orang yang pendiam. Seperti apa maunya, inginnya bahkan maksudnya aku tak bisa membaca. Pun ketika dihadapkan dengan sahabat dekat yang pendiam, aku justru mungkin telah merobek-robek hatinya dengan sikapku kini.
Awalnya ketika kita bertemu, kita cocok dan saling mengerti. Dia yang begitu irit kata dan aku yang basicly senang berkata-kata, menyatu dalam kekuatan cinta bernama teman. Merangkai mimpi bersama, suka cita bahkan duka kita lewatinya dengan penuh rasa empati.
Namun kini, ketika jarak memisahkan kita, aku tenggelam dengan duniaku, begitupun ia tenggelam bersama kesibukannya. Sempat ia bertanya-tanya : "Kok sekarang kamu beda sih?"
Dan aku selalu ngeles bahwa dugaan ia salah. Ya, aku terlalu lelah untuk berkata-kata sementara ia menanggapi dengan beberapa kata saja. Berkat katanya yang begitu singkatlah, sering hatiku tersayat. Aku pun memilih untuk DIAM! Toh untuk apa cerita panjang lebar toh responnya selalu seperti itu, jika tidak "Owh" paling banter "Terserah kamu".
Apakah seperti itu yang dinamakan sahabat?
"Sekarang beda beud."
"Eh, maaf aku ga liat kamu OL. Bagaimana kabarnya?" Tanyaku dengan tulus.
"Ya sudahlah..."
"Tuh kan aku tanya bener2 dijawabnya gitu, MALES!"
"Aku juga males." Katanya mulai sewot.
"Ya udah sekarang mah gini ajah, kamu dengan cara mu, saya dengan cara saya. Jangan pernah menanyakan Kamu kok beda atau apalah. Karena memang sejatinya kita berbeda. Dan kepribadian itu tak bisa diotak-atik bagaimanapun juga."
Menahan beban jutaan rindu...
Apalagi menahan egoku...
(S07 mode on)
STOP! Ok lupakan lagu tersebut. Hanya ingin bercuap mencairkan beban yang beku. Aku tak mengerti dengan orang yang pendiam. Seperti apa maunya, inginnya bahkan maksudnya aku tak bisa membaca. Pun ketika dihadapkan dengan sahabat dekat yang pendiam, aku justru mungkin telah merobek-robek hatinya dengan sikapku kini.
Awalnya ketika kita bertemu, kita cocok dan saling mengerti. Dia yang begitu irit kata dan aku yang basicly senang berkata-kata, menyatu dalam kekuatan cinta bernama teman. Merangkai mimpi bersama, suka cita bahkan duka kita lewatinya dengan penuh rasa empati.
Namun kini, ketika jarak memisahkan kita, aku tenggelam dengan duniaku, begitupun ia tenggelam bersama kesibukannya. Sempat ia bertanya-tanya : "Kok sekarang kamu beda sih?"
Dan aku selalu ngeles bahwa dugaan ia salah. Ya, aku terlalu lelah untuk berkata-kata sementara ia menanggapi dengan beberapa kata saja. Berkat katanya yang begitu singkatlah, sering hatiku tersayat. Aku pun memilih untuk DIAM! Toh untuk apa cerita panjang lebar toh responnya selalu seperti itu, jika tidak "Owh" paling banter "Terserah kamu".
Apakah seperti itu yang dinamakan sahabat?
"Sekarang beda beud."
"Eh, maaf aku ga liat kamu OL. Bagaimana kabarnya?" Tanyaku dengan tulus.
"Ya sudahlah..."
"Tuh kan aku tanya bener2 dijawabnya gitu, MALES!"
"Aku juga males." Katanya mulai sewot.
"Ya udah sekarang mah gini ajah, kamu dengan cara mu, saya dengan cara saya. Jangan pernah menanyakan Kamu kok beda atau apalah. Karena memang sejatinya kita berbeda. Dan kepribadian itu tak bisa diotak-atik bagaimanapun juga."
"Ok mulai detik ini, kita ga kenal lagi. Aku sudah hapus FB, Twitter, sekarang saatnya YM dan ganti kartu hp!"
DEG! Aku tergagap. Ya Allah, sebegitu parahnya kah???
Begitukah yang disebut dengan dewasa? Terlalu kekanakan ku pikir.
Lalu aku harus bagaimana? Membiarkan ia (yang telah bertahun-tahun menemani kehidupanku) pergi begitu saja??? Atau berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan persahabatan seperti semula?
Kini ketika semuanya hilang, aku merasa egoku masih saja menggunung tinggi!
Ya terbang bebaslah kawanku...
Sesukamu... Semaumu...
Kembali padaku jika kau ingin...
Tinggalkanku jika kau mau...
Just do the best you can do
Maaf untuk semua
Kembali padaku jika kau ingin...
Tinggalkanku jika kau mau...
Just do the best you can do
Maaf untuk semua
Aku percaya senja kelabu akan segera pergi, kamu juga kan? pasti!
Selamat tinggal masa lalu
Aku kan melangkah...
Selamat tinggal masa lalu
Aku kan melangkah...
hiks.hiks....air mataku menetes shine tapi kali ini karena bakwanku di comot-comotin ma teman kantor-- *eh serius,,af1
ReplyDeletetenang ajj nuuii cepat atu lambat dia akan kembali dan menyadari bahwa sebuah kesalahn besar harus memilih untuk meninggalkan sahabat sehebat kamu *hati-hati langit runtuh.
"Sahabat sejatiku, hilangkah dari ingatanmu
Di hari kita saling berbagi
Dengan kotak sejuta mimpi, aku datang menghampirimu
Kuperlihat semua hartaku
Kita s’lalu berpendapat, kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang indah
Aku raja kaupun raja
Aku hitam kaupun hitam
Arti teman lebih dari sekedar materi"
*SO7,,idolamu nuii-
there can be miracles, when you believe.
*Numpang suara merdu yaa...
Saya pernah dapat satu quote keren di mim:
ReplyDeleteApoligizing does not always mean that you're wrong and the other person is right
It just mean that you value your realationship more than your ego
:)
@ocaaaaay : huaaaaaaah, terhuraaa T.T
ReplyDeletetake my hand, ocaaay... big hug for you...
Awas ya klo kamu ninggalin aku seperti dia?! Jangan sampe dech kita ngalamin kasus kayak gini. semoga bertemu kita karena Allah dan berpisahpun karena Allah (berpisah dalam artian beda jarak, tapi hati tetap menyatu). Be my best friend, now, tomorrow and forever ^.^
@Miss U : Thanks miss for your nice quote. Like it! :)
*sahabat untuk selamanya...
ReplyDeletehadapi semua perbedaan..
kau dan aku sahabat..
Untuk selamanya..
selama-lamanya,,,,
SETIA,,,,,,,SETIAAAA.
srot,,srott-ini ingus ga sabar bnget si keluarnya..air mata dlu donk.