Bismillah...
Mungkin banyak dari kita yg menyatakan pendapat asal bunyi saja tanpa memikirkan perasaan orang...
Mungkin banyak pula dari kita yg maksudnya baik namun penyampaiannya negatif...
Mungkin juga banyak dari kita yg melontarkan pertanyaan namun terdengar nyinyir...
Ah, betapa teknologi telah mengubah segalanya, kemudahan dan kebermanfaatan yg didapat, ada saja user-nya yg selalu memandang sesuatu dan berangkat dari hal negatif...
Contoh 1:
Si A sudah lama tidak kelihatan didunia maya, tidak pernah nimbrung di group WA dan terputus dari segala macam sosial media...
Bukannya konfirmasi, si B malah bilang : iya tuh si A kan memang begitu, ga peduli dan suka memutus tali silaturahim.
Si A sudah lama tidak kelihatan didunia maya, tidak pernah nimbrung di group WA dan terputus dari segala macam sosial media...
Bukannya konfirmasi, si B malah bilang : iya tuh si A kan memang begitu, ga peduli dan suka memutus tali silaturahim.
Hei, nyatanya si A sedang kehabisan pulsa paket data dan lupa membeli pulsa...
Hal semacam itu selalu saja banyak terjadi, mementingkan ego, sekehendak mulut, menumbuhkan penyakit su'udzon yg jika terus menerus dipelihara akan berimbas pada membludaknya kotoran hati. Padahal apa susahnya klarifikasi, hoho...
Contoh 2 :
T : Eh jeng, udah hamil? Cepetan lho, nanti keburu tua, susah lahirannya...
J : (kebayang kan gimana reaksi si J?)
T : Eh jeng, udah hamil? Cepetan lho, nanti keburu tua, susah lahirannya...
J : (kebayang kan gimana reaksi si J?)
Duh, begini kalau ibu-ibu arisan ngumpul di medsos(ga semua lho, jangan di-generalisir), maksudnya T kan perhatian tapi dengan pertanyaannya yg kurang tepat jadi membuat konflik batin bagi si J.
Coba kalau pertanyaannya diubah.
Coba kalau pertanyaannya diubah.
T : Udah hamil kan? kalau belum, ayo semangaaat, hehe, semoga disegerakan ya jeng, aamiin...
Lihat, intinya kan sama. Lu udah hamil belum? gitu kaan, tapi dengan penyampaian pertanyaan yg benar setidaknya bentuk perhatian kita tersalurkan dengan rasa bahagia bagi si penerima.
Mana ada sih orang yg mau terluka hatinya, jadi pintar-pintarlah mengemas perhatian. Niat baik selayaknyalah disampaikan dengan cara baik ;)
Jika kamu berpikir : Lha, gue kan memang begini adanya, style-nya begini, blak-blakan. Fine! Setidaknya kita bisa mengemas dan memilih kata, mana saja yg boleh, mana yg ga..
Lho, kok ngatur-ngatur sih?
Hmmm, ini sih etika.. Tidak terdapat diundang-undang sih hanya saja etika bergaul yg baik ada caranya.
"The ability to ask the right question is more than half the battle of finding the answer." --Thomas J. Watson
Contoh 3 :
X : Hei apa kabar? Long time no see...
Y : Baik, kamu apa kabar?
X : Sibuk apa sekarang?
Y : Sibuk jadi IRT
X : Oh, cuma IRT doank?
X : Hei apa kabar? Long time no see...
Y : Baik, kamu apa kabar?
X : Sibuk apa sekarang?
Y : Sibuk jadi IRT
X : Oh, cuma IRT doank?
Deuh, pliiis itu kata "CUMA" dan "DOANK" dihilangkan yaaa...Agar tak merusak nostalgia..
Lagian kok ya berani judge suatu kesibukan yg belum kita alami sendiri: baik itu job desk-nya, perasaannya dan tektekbengek lainnya :D
Lagian kok ya berani judge suatu kesibukan yg belum kita alami sendiri: baik itu job desk-nya, perasaannya dan tektekbengek lainnya :D
Don't judge! Kamu tidak berhak atas itu. Karena yg tahu kondisi nyata sesungguhnya, ada pada si pelaku kesibukan itu sendiri..
Kamu juga risih kan kalau misal pertanyaannya dibalik :
Cuma karyawan kantoran doank?
Nah lho, ssssttt udah jangan saling men-judge...
Judge Less, Love More
Peace Forever *metal
Peace Forever *metal
@sawangan
No comments