Hai temans, liburan akhir sekolah sebentar lagi usai ni. Gimana? Sudah tercharge selama liburan panjang ini? *ngomong sama tembok :D
Iya, emak-emak macam kita mah mana mengenal liburan ya, masa-masa free, bebas sebebasnya tanpa diganduli apapun, sudah lewat ternyata, huhu...
Liburan ala emak-emak macam kita, mungkin saat me time aja. Karena meskipun judulnya piknik, tetap saja harus riweuh sama krucil-krucil. Tapi happy kan? Harus! Karena kalau ga happy gimana mau ngurus anak-anak coba?
Tahu ga sih, selama hampir 2 minggu ini, saya tinggal hanya dengan si kecil Nusaiba. Fathan kemana? Yup, dia pulkam, ikut bersama bibinya yang sedang libur panjang. Kuat? Hmmm, tega ga tega sih. Awalnya memang saya akan menyusul bersama Abinya. Namun, karena kondisi pant*t saya yang kambuh lagi (akibat habis jatuh dari motor), akhinya ketika suami pulang, ia memutuskan dan fixed, melarang saya untuk pulkam menyusul Fathan.
Sedih? Bangeeet. Bagaimana pun saya sudah janji dengan Fathan, kalau saya akan menyusulnya.
Tapi tahu ga, ternyata Fathan tak sedikitpun menyebut nama saya. Hanya hari pertama tok ketika ia akan tidur, ia nangis memanggil-manggil saya. Setelah itu? Blaaas sama sekali ga pernah mempertanyakan saya lagi, hiiiiiikkkss... Hancur banget deh rasanya jadi Ibu, haha, lebaay!
Bagaimana saya mengetahuinya? Tentu saja saya selalu pantau melalui telpon. Bahkan ketika ia bermain dan saya ingin mengobrol dengannya, ia hanya mengucapkan 1 atau 2 kecap kalimat, abis itu bye lari main lagi.
“Lagi ngapain, kak?” Kata saya.
“Lagi main layangan.”
“Udah makan belum?”
“Udah. Udah dulu ya umi, aku mau maen lagi ni...”
Beuuh, jleb banget! Hahaha *mewek.
Ya, emak-emak macam saya emang kadang suka melankolis. Disuatu hari ngeluh capek ngurus anak-anak, eh ketika ditinggal pergi, termehek-mehek. Jadi sebenernya maunya apa sih? -__-'
Selama Fathan di Subang, selama itu pula, saya tak jemu-jemu pelototin hp. Kalau-kalau ada telpon dari kampung, Fathan nangis nyariin uminya gitu. Dan ternyata, saudara-saudara, kabar itu tak pernah datang, huhu... Jadi mau ga mau, sayalah yang terus-terusan menelpon. Berharap Fathan mau mengobrol lama dan minta ke umi. Dan lagi, nothing! Huffh...
Sempet rasanya pengen banting hp. Tapi inget-inget harga smartphone jadi urung melakukannya, hehe... Apalagi ini hp dapet dari ngeblog *pake dibahas 😅
Setelah melihat list harga smartphone saya jadi berpikir. Era kini memang eranya canggih ya, apa saja dapat dilakukan dalam satu genggaman. Bagaimana dengan harganya? Harganya pun relatif murah (terjangkau) dengan berbagai tingkat kecanggihan dan spek keluaran teranyar.
Sementara itu, Ibu saya masih menggunakan handphone type jadul yang hanya dapat melakukan SMS dan telpon saja. Ketika saya kangen, ingin bertatap muka, jadi agak sulit menjangkaunya. Hanya suara yang dapat sedikit mengobati rasa rindu saya. Pun, ketika Fathan di sana, bagaimana penampilan Fathan kini, yang merupakan anak sendiri, saya tidak bisa melihatnya, bahkan sekedar gambar wajahnya. Udah deh, makin ngedrama hidup saya.
Sempat saya tawari beberapa kali untuk ganti hp saja. Namun Ibu mengelak, alasannya males ribet katanya. Ia pun belajar menggunakan hp baru 2 tahun belakangan ini setelah bapak meninggal. Ya mau ga mau, karena Ibulah sekarang yang harus terhubung dengan anak-anaknya via hp.
Justru sekarang, saya yang merasa kelimpungan, ga bisa intens berkomunikasi dengan Fathan di kampung sanaaa, huhu...
Oke fixed, saya harus memaksa Ibu saya agar mau ditawari smartphone. Caranya? Beli di Elevenia. Kasih. Lalu rampas hp jadulnya dari tangan Ibu, wkwkwk, anak durhaka *plaaak!
Gimana menurut mu, temans? Ada saran atau pengalaman membelikan smartphone untuk orang tersayang (yg keukeuh dengan hp jadulnya)? Share di komentar ya.. Terimakasih.
di elevenia aku demen banget beli pulsa nee karena murce nya itu bedaa sama ecomm lain :D
ReplyDelete