Bismillah...
Taken by Random Google |
Hai, temans. Pernah ga sih ngerasain kalau kamu orang yang paling menderita sedunia? Pernah? Saya pun.
Di tanah rantau ini saya malah merasa gampang mengeluh. Dari mulai air-lah, udara panaslah (panasnya ini benar-benar beda dengan di Depok), gatal-gatal karena alergi air-lah sampai hal remeh temeh yang sebenarnya tidak layak dikeluhkan.
Ketika saya menyadari "kok ya ngeluh terus, Shine?" Saya pun beristighfar banyak-banyak.
Tengok kanan-kiri, aduh, rasanya malu sekali jika harus mengeluh.
Ya, tetangga saya yang bersampingan dengan parit, rumahnya hanya ukuran 3x4. Rumah kayu. Pertama kali datang kemari, Fathan sempat bertanya : "Mi, kok itu rumahnya kayak kandang ayam?"
Deg, saya sempat kaget dan menjelaskan panjang lebar tentang arti syukur.
Aduh, gampang banget ya bilang tentang syukur pada anak, padahal diri sendiri pada kenyataannya masih ngeluh-ngeluh aja, huhu...
Lanjut ke cerita tetangga. Ternyata ia memiliki anak 4, anak pertama SMA kelas 3, anak kedua lontang-lantung, anak ketiga masih seusia SD (berhenti sekolah) dan anak ke empat seumuran Nusaiba, 2 tahunan.
Bapaknya kemana? Katanya sih kerja di Jawa. Cuman semenjak anak ke-4 lahir, ia mengunjungi anaknya baru sekali-kalinya. Itu pun pada malam hari.
Dengan 5 orang yang ada, tidur di atas dipan kayu yang alasnya adalah air parit, kebayang ga sih bagaimana mereka membagi sekat untuk tidur? Pasti uyel-uyelan kan ya...
Dan setiap pagi atau ketika tidak ada hujan, anak pertama atau ketiga sering mengambil air sumur di belakang rumah.
"Teu, minta air yo..." Katanya membuat saya semakin sadar.
"Iyo, ambil be." Kataku dengan bahasa Palembang.
Jerigen itu pun di dorong-dorong menggunakan roda.
Hati saya meleleh, otak saya seperti ada yg menggedor-gedor. "Tuh, ngaca coba! Seberapa menderita sih kita sampai berani mengeluh?"
Pernah suatu kali, saya dan suami menawari anaknya yg ketiga untuk sekolah lagi. Namun, ia menolak dengan alasan sedang ikut bimbel dan mengejar paket untuk masuk SMP. Rada lega mendengarnya, setidaknya ada harapan untuk pendidikan lebih baik.
Pun ketika melihat anak pertama pagi-pagi naik sepeda berangkat sekolah. Nyeeess, rasanya. Dan diam-diam saya mendoakan masa depan cerah dengan derajat ilmu.
"Hidup yang Engkau keluhkan kadang adalah hidup yang orang lain inginkan."
Jadi memang pada hakikatnya, jika kita sedang diuji dengan kebahagiaan, lihatlah ke atas agar semakin termotivasi bekerja keras dan jika kita diuji dengan penderitaan, lihatlah ke bawah, agar kesyukuran tak mudah memudar.
Selamat menyelami lautan syukur, temans... Karena keluh-kesah tak akan pernah bisa mengubah apapun selain dampak negatif dari keluhan itu sendiri..
Postingan yang reminder banget buatku yang masih sering mengeluh ini. Memang seringkali manusia itu kurang bersyukur dengan semua nikmatNya yang telah diterima.
ReplyDeleteTerimakasih atas sharingnya, mbak Shine :)
Reminder buatku juga, makasih mba. kadang masih ngeluh sama hal remeh. Padahal udah dikasih kemudahan. :')
ReplyDeleteMengeluh itu mungkin karena dibisiki setan, ya. Coba kalau perbanyak dzikir, insyaAllah selalu ingat nikmat yang diberi Allah. Saya sering gitu sih, pas ngeluh kenapaaa tarif listrik makin naik tapi cepet2 istighfar. Alhamdulillah Allah kasih udara secara gratis. Coba kalau bayar, setabung O2 udahh berapa? (berapa sih? Coba cek priceza.co.id dulu, hihi). Belum lagi air sumur yang melimpah, coba kalau bayar...buat cuci baju kudu mikir seribu kali. Alhamdulillah.. Subhanallah... Allahuakbar... Semoga diri ini selalu ingat agar tak mengeluh lagi
ReplyDelete